Wednesday, 15 April 2015
MBAH YASIN [MBAH KANDAR] BARENG, JEKULO, KUDUS
Sukandar [nama kecil mBah Yasin] lahir di Cebolek, Margoyoso Pati. Beliau anak dari H. Tasmin [H. Amin]. beliau keturunan ke 6 dari mBah Mutamakkin, Kajen, Pati. ketika usianya enam tahun, ayahnya meninggal dunia di Makkah dan dimakamkan di sana. Setelah itu, masa kecil dan remaja mBah Yasin dihabiskan bersama dengan Mbah Salam, [ayah KH. Abdullah Salam, Kajen, Pati] yang kemudian menjadi pengasuhnya sepeninggal mBah Tasmin. beliau hidup bersama dengan Mbah Abdullah Salam.
Menginjak usia remaja, beliau mondok di Besuk, Kejayan, Pasuruan, yang saat ini diasuh oleh KH. Mohammad Subadar [keponakan mBah Yasin]. ketika beliau tengah mondok dis ana, beliau dijemput oleh mBah Yasir [pengasuh Pondok Bareng ketika itu]. beliau mendapat wangsit dari Mbah Sanusi, kalau pondok ini pingin besar, maka Panjenengan harus menjemput pemuda yang bernama Sukandar, yang saat ini tengah nyantri di Besuk, Kejayan, Pasuruan.
Beliau segera berangkat ke sana. Sukandar mudapun ikut pulang bersama mBah Yasir dan menjadipengasuh di Pondok Bareng, sekaligus dijadikan sebagai menantunya. begitu pesantren ini diasuh oleh mBah Yasin [mBah Kandar] menanh benar, pesantren ini menjadi besar dan terkenal di seluruh tanah jawa, bahkan sampai ke luar jawa.
Dari pernikahan itu, mBah Yasin dikarunia banyak anak, namun yang bertahan hidup hanya 4 orang. yaitu Nyai Nafisatun [isteri KH. Muhammadun Pakis, Tayu, Pati], K. Muhammad [Bareng, Kudus], Nyai Muslimah [isteri KH. Khanafi, Bareng, Kudus] KH. Sanusi. [Bareng, Kudus]. Dari keempat anak tersebut, yang sekarang masih hidup tinggal KH. Sanusi, yang bermukim di Bareng, Jekulo Kauman.
salah satu ciri khas yang ditanamkan mBah Yasin adalah tirakat, dengan melakukan puasa. yang paling populer adalah puasa Ndala’il, puasa selama tiga tahun dengan membaca kitab Dala’ilul Khoirot. Mestinya untuk melakukan Ndala’il tidak harus berpuasa. ada banyak cara untuk melakukan. namun justru yang paling populer adalah puasa tiga tahun ini.
Ndala’il ini justru kemudian dipopulerkan oleh KH. Ahmad Basyir [Bareng, Kudus] yang setiap tahun mengadakan khol Dala’il, yang menurut kami sendiri [sebagai cucu mBah Yasin] tidak pernah ada wasiat untuk melakukan acara semacam ini. KH. Ahmad Basyir adalah seorang santri yang melakukan khidmah di ndalem mBah Yasin di masa hidupnya. dan sekarang bermukim di Bareng, Kudus. Mbah Yasin wafat pada tahun 1954.
Mbah Yasin (Mbah Kandar) Bareng Jekulo Kudus
MBAH YASIN [MBAH KANDAR] BARENG, JEKULO, KUDUS
Sukandar [nama kecil mBah Yasin] lahir di Cebolek, Margoyoso Pati. Beliau anak dari H. Tasmin [H. Amin]. beliau keturunan ke 6 dari mBah Mutamakkin, Kajen, Pati. ketika usianya enam tahun, ayahnya meninggal dunia di Makkah dan dimakamkan di sana. Setelah itu, masa kecil dan remaja mBah Yasin dihabiskan bersama dengan Mbah Salam, [ayah KH. Abdullah Salam, Kajen, Pati] yang kemudian menjadi pengasuhnya sepeninggal mBah Tasmin. beliau hidup bersama dengan Mbah Abdullah Salam.
Menginjak usia remaja, beliau mondok di Besuk, Kejayan, Pasuruan, yang saat ini diasuh oleh KH. Mohammad Subadar [keponakan mBah Yasin]. ketika beliau tengah mondok dis ana, beliau dijemput oleh mBah Yasir [pengasuh Pondok Bareng ketika itu]. beliau mendapat wangsit dari Mbah Sanusi, kalau pondok ini pingin besar, maka Panjenengan harus menjemput pemuda yang bernama Sukandar, yang saat ini tengah nyantri di Besuk, Kejayan, Pasuruan.
Beliau segera berangkat ke sana. Sukandar mudapun ikut pulang bersama mBah Yasir dan menjadipengasuh di Pondok Bareng, sekaligus dijadikan sebagai menantunya. begitu pesantren ini diasuh oleh mBah Yasin [mBah Kandar] menanh benar, pesantren ini menjadi besar dan terkenal di seluruh tanah jawa, bahkan sampai ke luar jawa.
Dari pernikahan itu, mBah Yasin dikarunia banyak anak, namun yang bertahan hidup hanya 4 orang. yaitu Nyai Nafisatun [isteri KH. Muhammadun Pakis, Tayu, Pati], K. Muhammad [Bareng, Kudus], Nyai Muslimah [isteri KH. Khanafi, Bareng, Kudus] KH. Sanusi. [Bareng, Kudus]. Dari keempat anak tersebut, yang sekarang masih hidup tinggal KH. Sanusi, yang bermukim di Bareng, Jekulo Kauman.
salah satu ciri khas yang ditanamkan mBah Yasin adalah tirakat, dengan melakukan puasa. yang paling populer adalah puasa Ndala’il, puasa selama tiga tahun dengan membaca kitab Dala’ilul Khoirot. Mestinya untuk melakukan Ndala’il tidak harus berpuasa. ada banyak cara untuk melakukan. namun justru yang paling populer adalah puasa tiga tahun ini.
Ndala’il ini justru kemudian dipopulerkan oleh KH. Ahmad Basyir [Bareng, Kudus] yang setiap tahun mengadakan khol Dala’il, yang menurut kami sendiri [sebagai cucu mBah Yasin] tidak pernah ada wasiat untuk melakukan acara semacam ini. KH. Ahmad Basyir adalah seorang santri yang melakukan khidmah di ndalem mBah Yasin di masa hidupnya. dan sekarang bermukim di Bareng, Kudus. Mbah Yasin wafat pada tahun 1954.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment